Aku memandangnya dengan mata telanjang.
Hanya helaian yang telah disfungsi.
Rapuh.
Tapi, ia memang sedang menemui
takdirnya.
Mengahadapi nasib dan manut akan
gravitasi bumi.
Berserakan, terbang melayang tersapu
angin.
Kemanapun ia pergi pun tak ada yang
peduli.
Karena ia sekarang punya jabatan baru.
Yang orang bilang, ia adalah sampah.
Malangnya nasibmu.
Tenang, kau tak sendirian.
Kau bersama teman senasibmu
Sedang temanmu yang lain hanya sedang
menunggu giliran.
Cepat atau lambat mereka ikut gugur.
Mati massal.
Kau melayang bagaikan perwakilan
perasaan.
Bagi mereka yang dihinggapi rasa putus
asa.
Ataupun dilanda rasa suka.
Yang orang bilang, itu musim gugur.
-Septi Animar-