Pengendara motor berjenis kelamin wanita adalah hal yang
sangat lumrah di kota Jakarta yang tercinta ini. Salah satunya adalah
saya, yang baru saja beberapa bulan menjadi seorang queenrider alias
kemana-mana nyetir motor sendiri. Aaakkk..
I can't
imagine before bahwa saya akan mengendarai motor sendiri. Bukan karena
takut, melainkan udah males duluan keleus karena tau sendiri kan macetoz
delamoz everywhere. Seorang yang sedari brojol sudah di kota ini, tentu
tak heran lagi dan hafal betul pada jam-jam berapa saja sudut jalan di
Jakarta merayap dan yang terparah sampai lumpuh.
Jaman
dahulu kala sebelum negara api menyerang, saya kemana-mana naik kendaraan umum entah angkot,
transjakarta, KRL atau beberapa tahun belakangan ini saya juga pengguna
jasa ojek online. Terlebih, jarak dari singgasana ke tempat saya
beraktifitas seperti bekerja atau kuliah tidaklah terlalu jauh, jadi
tidak terlalu memakan banyak waktu apabila berpergian menggunakan jasa
angkutan umum.
Namun, takdir berkata lain kawan. Setahun belakang ini saya pindah kerja dan hamdalah-nya fyi, saya sudah lulus kuliah. Yey.
Setelah
melakukan perhitungan dari segi jarak, waktu, tenaga, uang dan pikiran
serta hati, Ehem... Sungguhlah tersimpulkan bahwasanya berkendara
sendiri jauh lebih efektif juga efisien.
Berbekal
sedikit tabungan yang saya miliki, saya membeli motor matic second dari
saudara saya sendiri. Saya pikir hanya untuk operasional jadi tidak
perlu lah motornya harus necis cukup orangnya aja kan.
Sebagai
info tambahan, lagipula parkir nya juga dijalan. Jadi, kalo motornya
new dan masih mulus banget bisa was-was dan khezeul everyday karena
digeret-geret orang maupun seringkali disampirin jemuran. Untuk perihal
ini saya kesel sumpah, tapi ku bisa apa.
Jadi, itulah pertimbangan saya mengapa saya tidak membeli motor baru selain budget yang pas-pasan juga.
Sebelum
saya pakai untuk berpergian ke tempat kerja, saya sempatkan diri untuk
belajar nyetir (lagi). Mohon dimaklumi, namanya juga gak pernah naik
motor kemana-mana jadi awalnya harus dilancarkan lagi. Setelah 2 kali
berkendara, saya memutuskan untuk pertama kalinya menyetir sampai tempat
kerja dengan memboncengi adik saya supaya dia bawa pulang lagi motornya
Gimana rasanya nyetir sendiri sepanjang jarak kurang lebih 14km?
Sumpah,
pegel banget dan badan terasa kaku. Ditambah lagi saya berkendara
dengan kecepatan rendah 20km-40km dan selalu ambil jalur kiri.
Hahahaha...*silakan tertawa
Untuk
hari-hari selanjutnya, saya beranikan mental saya untuk berkendara
sendiri agar lebih luwes dan tau medan jalan seperti apa. "Naik motor
itu yang penting itu sabar", ujar abangku yang waktu saya baru-baru naik
motor ke tempat selalu nge-chat "Adikku yang manis, udah sampe blm?"
Eaaa..
Beberapa orang
terdekat bilang, sesungguhnya mengkhawatirkan jika seorang saya
berkendara sendiri. Hmm..kenapa ya terdengar impossible seorang saya
naik motor
Bahkan beberapa temanpun berekspresi seperti ini "HAH, Septi naik motor?" Ya Allah, kok sounds horrible banget sih
Jujur, ekspresi seperti itu buatku miris
Seolah
mereka tak mempercayai kemampuan saya. Tapi, mungkin maksudnya lebih
kepada rasa khawatir karena seorang princess nan gemulai emang gak cocok
naik motor, cocoknya naik delman kali ya
Hamdalah,
lewat sudah beberapa bulan berkendara menapaki sepanjang jalan-jalan
Jakarta Pusat, Timur dan Selatan. Membelah jalan-jalan protokol yang
kiri-kanan nya mall, yang macetnya nauzubillah kalo sore. Saya pun harus
berpikir cari jalan lain jikalau lagi berangkat sore untuk dinas
malem.
Lantas selama naik motor, suka duka apa yang terjadi ?
Sukanya,
kalo berangkat pagi sungguh nikmat Tuhan manalagikah yang engkau
dustakan saat membelah jalan yang begitu lancar dengan angin yang amat
sejuk dan udara yang belum terlalu polusi serta matahari yang
menghangatkan jikalau mendung tak datang.
Apalagi
saat naik flyover yang begitu sepi, dan saya gas tipis-tipis. Coba
bayangkanlah aku jadi Raisa yang di video clip lagu "Usai Disini"
Besides that, naik motor itu hemat waktu dan hemat ongkos. Lumayan bisa buat nambah-nambahin budget sosialita kan sist.
Dukanya, kalo dinas malem di weekdays amatlah senewen sama jalanan. Berangkat macet, pulang apalagi. Huufth.
Lalu,
waktu pertama-tama rutin naik motor seperti gampang masuk angin. Pernah
waktu jalanan sungguh macet membuncah dikarenakan ada promo beli bensin
20liter murah meriah dari salah satu Bank ternama. Saya sampai gak
tahan karena terlalu lelah dan tidak fokus sampai akhirnya saya minggir
untuk berisitrahat. Kemudian sampai di tujuan, langsung memuntahkan
semua keenegan saat macet tadi, sampe dikerokin baru ilang eneg-nya
Mungkin tubuh ini blm terlalu tangguh dan masih menyesuaikan kali ya.
Belum lagi kalau hujan datang. Tapi seru sih, ujan-ujanan gitu karena
kalo gak naik motor kan gak mungkin mandi ujan juga, kan?
Terus ada kejadian lucu atau ngeselin gak sih selama naik motor?
Buanyak.
Selama
berkendara, barulah saya tau karakter orang-orang dijalan seperti apa.
Ada yang sabar ada yang engga, ada yang selow ada yang nge-gas.
Harus ku akui dengan berat hati, rata-rata yang gampang keselan itu cewek.
Jadi,
pernah beberapa kali saat macet, saya nyenggol spion atau bagian
belakang motor. Reaksi antara pengendara motor laki-laki dan perempuan
amatlah bertolak belakang.
Kalo pengendara cowok
yang disenggol, lebih cuek bahkan gak nengok sama sekali. Kalopun sampe
nengok, saya sodorkan 5 jari (gesture minta maaf) rata-rata membalas
dengan anggukan atau acungkan jempol.
Tapi, lain
hal kalo pengendara cewek. Jadi waktu itu saya sedang melewati
underpass, yang pada saat itu agak macet. Saya tidak gas sama sekali
saat jalanan turun, seorang perempuan bertubuh gempal tepat berada
didepan saya tiba-tiba terhenti. Sontak terjadi benturan berskala kecil
antara ban motor saya dan knalpot. Orang tersebut langsung nengok
kebelakang dan ngomel ditempat.
"Bisa liat gak sih?"
Sesungguhnya ku ngeri kalo diladenin, karena badannya gedean dia sumpah
Saya memilih tidak membalas dan bilang "Maaf ya bu!" Mammam kan, saya panggil ibu biar berasa tua
Itu
salah satu pengalaman yang mengajarkan saya untuk lebih bisa sabar dan
taat aturan saat dijalan. Sayapun juga sering kok disenggol orang lain
tapi selama itu hanya tubrukan kecil dan tidak membuat saya goyah atau
terjatuh saya memilih diam, lupakan dan maafkan. *bijak kan?
Masih
banyak hal yang harus saya poles dan pelajari lagi dalam berkendara
maupun parkir. Saya harus lebih berhati-hati dan tetap fokus saat
berkendara agar tidak terjadi hal yang tidak pernah diharapkan semua
orang.
Jujur saja, saya
itu belum mahir dalam parkir memarkir apalagi kalau motor saya terjebak
ditengah-tengah. Udahlah langsung frustasi
Plus, saya belum bisa melakukan 'standar dua' motornya berat cuy, males ngangkat2
Untungnya punya tukang parkir pribadi jadi terbantulah hal remeh temeh seperti itu *menyepelekan
Ohya,
sebagai info tambahan saya sudah memiliki SIM dan belum lama saya
melakukan perpanjangan pajak dan semua hal tersebut saya urus sendiri
loh. *patut berbangga
Dan ada satu hal yang paling membekas sampai saat ini, yaitu betis kanan saya sudah mendapatkan cap dari knalpot
Sekian
curhatan saya yang sudah cukup lama terpendam dan baru bisa saya
ekspresikan lewat tulisan nan indah ini yang ku rangkai hanya untukmu~
Kiss and BhaBhayyy..muach muachh muachhh *ala bocah tengil diinstagram