Rabu, 16 November 2016

Meter Diatas Permukaan Laut

Bersama-sama teman seperjalanan dan beberapa teman yang baru, kami bersembilan melakukan perjalanan yang cukup panjang dan yang pasti sangat melelahkan pada 28-31 Oktober 2016. Selama 4 hari tersebut kami bertujuan ke salah satu gunung di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142mdpl.

Saya yang awalnya ragu karena hampir 2 tahun terakhir sama sekali tidak menginjakan kaki di ketinggian mencoba untuk meyakinkan diri untuk ikut serta dalam pendakian kali ini. Itu juga berkat kedua sahabat saya yang memang sudah lama membujuk saya untuk kembali ke jalan-(jalan) yang benar.Kurang lebih selama sebulan kami mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan untuk pendakian terutama tiket kereta api. Kami lebih suka memilih naik kereta api yang notabene-nya adalah kendaraan andalan pulau Jawa daripada kendaraan darat lainnya, misalnya bus. Alasannya adalah karena lebih nyaman, lebih murah dan lebih tepat waktu. Tapi, kalau kami banyak uang kami pasti memilih naik helikopter-lah tidak perlu mengandalkan dengkul lagi untuk mendaki :D

Jumat, 28 Oktober 2016 adalah hari Sumpah Pemuda sekaligus hari keberangkatan kami menuju Jawa Tengah, tepatnya Semarang. Kereta kami terbagi 2 rombongan. Rombongan pertama, terdiri dari 4 orang. Mau tau siapa saja?
Mereka adalah Budel, Kentung, Tama dan Panca.

Sedangkan rombongan kedua terdiri dari, yang pasti adalah saya, Jane, Lidha, Mang Abay dan Mang Dolay.
Keberangkatan kereta kami tidak terlalu jauh jarak waktu nya hanya 1 jam. Jadi, kami sepakat untuk bertemu di stasiun Semarang Tawang. Selanjutnya kami dijemput oleh kendaraan yang sebelumnya sudah kami pesan, bahasa gaulnya carter mobil. 

Ada kejadian yang cukup menarik saat akan sampai di stasiun Semarang Tawang, saat anggota rombongan 2 sedang pulas-pulasnya tidur, salah satu teman kami ditawan oleh POLSUSKA (Polisi Khusus Kereta Api) ia diciduk saat sedang asik-asiknya merokok di toilet. Padahal papan peringatan sudah tertempel dimana-mana bahwa memang ada larangan merokok di dalam kereta api pun termasuk di toiletnya. Akhirnya, ia diturunkan di stasiun sebelum Semarang Tawang. Kendala tersebut tak terlalu makan waktu karena 'tawanan' segera memesan ojek online sehingga dalam waktu 1jam ia sampai di titik pertemuan.
Lewat tengah malam, pada Sabtu, 29 Oktober 2016 setelah sampai basecamp kami beristirahat sambil menunggu pagi hari, disitu kira-kira kami sudah berada di ketinggian -+ 1600mdpl. Kami memulai pendakian dari basecamp Wekas dan akan turun menuju Selo.
Hmm.. Have you guess what the name of mount?
If yes, you are highlanders guys :D

Kira-kira pukul 8 pagi kami bersiap-siap mendaki dengan berbekal sarapan mie goreng dan berdoa untuk keselamatan. Baru sekitar 500meter, lelah sudah mulai terasa, nafas kami tak beraturan. Awal pendakian memang seperti itu karena seluruh tubuh kita belum berkonspirasi untuk perjalanan jauh.
Mendaki kurang lebih 4 jam akhirnya kami sampai di Pos 2 dengan usaha yang sangat luar biasa karena jalurnya lumayan ekstrim, Saya saja nyaris putus asa dan kesal karena tak kunjung sampai.
Seusai berunding sebentar kami memutuskan untuk camping di pos 2, mengingat perjalanan menuju puncak masih jauh dan kami tidak mau ambil resiko karena sudah kelelahan.
Persiapan gelar tenda memakan waktu kurang lebih 1 jam. Setelah kami bersih-bersih, 3 pendaki wanita (Aku, Lidha, Jane) menyiapkan sedikit asupan untuk cacing-cacing kelaparan diperut kami.

Keesokan paginya, 30 Oktober 2016 masih dengan rutinitas yang sama yaitu leyeh-leyeh ditenda sambil mendengarkan lagu-lagu yang diputar berulang-ulang kali. Dari sinilah awal panggilan seorang teman kami yang bernama Reza menjadi Mang Dolay. Jadi, saat lagu Justin Bieber - Love Your Self diputar serempak mereka para pendaki cowo menyanyikan lagu tersebut dengan penghafalan yang seadanya.
"My mama don't like you and she likes everyone"
dinyanyikan menjadi :
"MA MAMA DOLAY Nananana.."

Dengan kompak kami tertawa geli karena memang JB tampak seperti bilang kalimat tersebut. Begitulah sebingkai sejarah panggilan Mang Dolay dari grup kami.
Setelah selesai masak memasak dan makan bersama kami lanjutkan perjalanan dan menuju puncak yang konon menghabiskan waktu 4 1/2 jam. Lelah sudah, ingin rasanya cepat-cepat berakhir.
Diperjalanan kami bertemu dengan kelompok lain sebut saja mereka : Reza, Arki, Teguh, Eko, Ryan. Kami memiliki tujuan yang sama sehingga kamipun berjalan bersama.
Menjelang sore hari, kami baru sampai di puncak Kentheng Songo. Hamdalah, akhirnya dengan sekuat tenaga kami sampai juga meski saat mendaki kepalaku nyut-nyutan tak terhingga. I don't know what happen in my head.:(

Kami mengabadikan momentum di puncak beberapa menit dalam rangkaian foto bersama, tak ketinggalan selfie dan pasti terangkum dalam ingatan kami. Senja di ufuk barat terlihat cukup merona.

Selesai sudah aku merangkai kata-kata. Kepalaku saat ini sedang tidak bekerja dengan baik. Sebetulnya masih banyak rangkain cerita seru yang ingin aku tulis tapi apa daya mata sudah meminta haknya untuk dipejamkan walau jantung belum melemah. Percayalah, tulisan ini mayoritas berisikan kesenangan belaka, kenyataannya mendaki tak semudah yang dibayangkan. Butuh perjuangan untuk mencapai sebuah puncak dan butuh rasa senang ketika mencapainya. Mungkin 50 tahun kedepan cerita yang aku tulis ini akan menjadi sejarah dan kalian adalah legenda untuk anak-anak kalian yang butuh rasa bangga siapa orang tuanya. Lain kali akan aku ceritakan yang lebih seru ya.


inilah kami








Tidak ada komentar:

Posting Komentar